Selamat
pagi sahabat , Kenaikan harga BBM terjadi di setiap periode, Begitu
pula pada periode pemerintahan Jokowi - JK. Pemerintahan yang awalnya
kita harap berbeda dari rezim-rezim sebelumnya seperti latah justru
ikut- Ikutan ingin menaikkan harga BBM , Kita berharap ada kebijakan pro
Rakyat. Ternyata polanya mirip-mirip dengan pemerintahan sebelumnya.
Pejabat pemerintah mulai dari strukture terbawah yakni mulai Kepala
Desa sampai President tidak pernah membeli BBM memakai uang Pribadi
Untuk kendaraannya, begitu pula para manusia Paling pandai yang sampai
saat ini rebutan kekuasaan di Parlement , mulai tingkat DPRD sampai
DPR-RI, DPD MPR-RI , mereka memakai uang negara untuk kendaraan mereka,
mereka tidak akan merasakan penderitaan Rakyat ketika BBM dinaikkan,
belum lagi berbicara Bahan dasar kebutuhan kita yaitu sembako pasti
melonjak tajam, wacana-wacana kenaikan BBM pasti di ikuti oleh kenaikan
bahan pokok oleh para pedagang, hal ini semakin menambah beban rakyat.
Menurut Kwik Kian Gie "Istilah 'BBM Bersubsidi' adalah Pembohongan
Publik!" Berapa sebenarnya keuntungan Pemerintah dari minyak (asumsi
bensin premium)? 1 barel = 159 liter1 USD = Rp12.000 Menurut Kwik Kian
Gie, biaya untuk mengangkat minyak dari perut bumi (lifting) + biaya
pengilangan (refining) + biaya transportasi rata-rata ke semua pompa
bensin adalah 10 USD, atau jika dalam rupiah 10 : 159 x 12.000 = Rp754,7
dibulatkan = Rp755/liter. Jadi sebenarnya dengan menjual premium
Rp6.500/liter, Pemerintah sudah untung sebesar 6.500 - 755=
Rp5.745/liter. Sekarang tinggal dikalikan berapa liter kebutuhan
(konsumsi) dalam negeri, itulah 'keuntungan' yang diperoleh Pemerintah
dari hasil jualan bensin premium pada rakyatnya sendiri! Minyak dari
perut bumi sendiri dan menurut UUD’45 Pasal 33 untuk kesejahteraan
rakyat Indonesia: jangankan GRATiS, malah rakyat disuruh beli dengan
harga Rp6.500? Sekarang Pemerintah mau ambil untung berapa rupiah lagi
dengan menaikkan BBM menjadi Rp9.500? Subsidi itu ada kalau Pemerintah
merugi, artinya harus ‘nombokin’ (memberi bantuan tunai). Kenyataannya
dengan menjual Rp6.500 per liter, Pemerintah masih untung, bahkan untung
besar. Lantas, di mana letak subsidinya? Pemerintah selalu bilang
“Rugi, tekor, dll…!” Di mana ruginya? Di mana tekornya? Istilah 'BBM
bersubsidi' adalah pembohongan publik! Sekarang yang juga jadi
pertanyaan adalah “Adakah negara-negara di dunia ini yang menjual
minyaknya (untuk konsumsi dalam negerinya) dengan harga di bawah harga
pasar (harga New York Mercantile Exchange/NYMEX)?”. Jawabnya ada!
Beberapa negara yang menjual minyak di bawah harga NYMEX, di antaranya:
Venezuela Rp585/liter* Turkmenistan Rp936/liter* Nigeria Rp1.170/liter*
Iran Rp1.287/liter* Arab Saudi Rp1.404/liter* Libya Rp1.636/liter*
Kuwait Rp2.457/liter* Qatar Rp2.575/liter* Bahrain Rp3.159/liter* Uni
Emirat Arab Rp4.300/liter Selama bertahun2, rakyat cuma ‘dikibulin’
Pemerintah!, Lalu dimana keadilan bagi rakyat bila sudah seperti ini ?
Kalimantan sebagai salah satu daerah Produsen Minyak justru mengalami
dampak yang sangat fatal dari kenaikan harga tersebut, biasanya di
Daerah Kalimantan justru lebih tinggi harganya dibanding daerah lain
yang tidak memiliki kekayaan minyak. Adilkah............ ?? ( Arie
Yannur )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar